Komang Putri dan puluhan siswa SMPN 2 SURABAYA tampak asyik dengan botol dan sebilah bambu pendek yang mereka pegang. Mereka tampak sedang berupaya untuk memasukkan potongan kresek ke dalam sebuah botol minuman yang sudah kosong. Plastik itu dimampatkan sampai tak menyisakan ruang dalam botol. Mampat dan keras. Komang mengatakan, sampah plastik itu adalah hasil sampah yang mereka pungut di sekitar sekolah. Dari pedagang kaki lima, warung, kantin sekolah hingga pedestrian. Bukan hanya kresek, melainkan juga bungkus makanan dan snack juga mereka kumpulkan. “Kami mengumpulkan sampah dulu. Kresek sama botol. Botol yang disiapkan harus yang volume dan bentuknya sama,” ucap siswa kelas VII yang ditemui di Gedung Siola, Sabtu (4/3/2017). Kresek yang akan dimasukkan ke botol itu dibersihkan dengan cara dilap terlebih dahulu. Baru kemudian dipotong kecil-kecil sehingga warna-warni dari kresek dan bungkus makanan bisa menghasilkan perca atau potongan yang abstrak. “Nah setelah itu kresek dan bungkus makanan yang sudah bersih dan dipotong dimasukkan dengan dibantu bambu ini,” ucap Komang. Ketua Kelompok Pelajar Unggul Ramah Lingkungan SMPN 2 SURABAYA ini menjelaskan, botol tersebut harus diisi sebanyak mungkin potongan plastik, hingga tidak ada celah ruang lagi. “Kira-kira, beratnya untuk satu botol ini jadi 200 gram,” ucapnya. Setelah penuh, botol ditutup kembali dan siap disusun menjadi lego. Ya, botol-botol yang sudah penuh plastik dikumpulkan menjadi bermacam bentuk. Untuk satu potong lego dibutuhkan 16 botol. Botol itu disusun memanjang dan sejajar. Namun disisakan dua botol di tengah yang menonjol. Jajaran botol itu pun lalu dilem menggunakan lem kaca yang memiliki daya lekat kuat hingga tidak mudah lepas. “Disisakan dua bagian yang menonjol keluar supaya untuk jadi pengunci. Jadi ketika bangun lego ditumpuk lagi, bisa nggak gerak, tapi mengunci,” katanya. Benar saja, begitu rampung disusun, kumpulkan botol plastik itu bisa disusun menjadi kursi yang kuat diduduki manusia. Bahkan diijak tidak penyok. Hani Ismail, pembimbing dari Komunitas Nol Sampah mengatakan membuat lego ini adalah kreasi eco brick yang diciptakan untuk mengedukasi anak-anak agar peduli lingkungan. Permasalahan sampah yang sudah menjadi global saat ini membutuhkan penyelesaian yang terpadu. “Sampah di laut, di sekitar rumah tak lain adaah sampah yang kita produksi dari konsumsi sehari-hari. Mungkin menghilangkan seluruhnya sampah itu sulit, tapi kita memafaatkan sampah plastik menjadi sesuatu yang berguna,” ucap Hani yang juga mendampingi siswa SMPN 2 SURABAYA membuat lego. Jika puluhan lego itu disusun, maka bisa membentuk bangun yang bermanfaat. Selain meja, kursi, juga bisa disusun menjadi dinding, dan papan backdrop. “Warnanya juga bisa dikreasikan. Misalnya menggunakan kresek kuning saja, hitam saja, atau ungu. Sehingga bisa jadi lego yang berwarna-warni,”ucap Hani. Saat ini pendampingan untuk sekolah SMPN 4 masih dilakukan. Rencananya tumpukan lego yang dibuat akan dijadikan meja dan kursi di taman sekolah. “Keuatan lego botol plastik ini nggak diragukan. Karena dibuat sudah mampat, diinjak dan diduduki masih kuat,” katanya.